Minggu, 26 Juni 2011

Merasa sial jika menikah dan mengkhitan di Bulan Shafar termasuk keyakinan jahiliyah






Oleh: Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhutsi Al-'Ilmiyyah wal Ifta, Al-Fatawa mutanawi'ah, Juz I halaman 658, No fatwa: 10775

Pertanyaan;
Kami mendengar bahwa sebagian orang berkeyakinan akan tidak bolehnya menikah, berkhitan dan yang semisalnya di Bulan Safar. Kami mengharapkan bimbingan tentang masalah ini sesuai tuntunan syariat Islam. Semoga Allah senantiasa melindungi Anda!

Jawaban:
Apa yang disebutkan berupa tidak bolehnya menikah, berkhitan, dan yang semisalnya di Bulan Safar termasuk yang disebut dengan tasyaum (merasa sial) terhadap bulan ini. Dan tasyaum terhadap bulan, hari, burung, atau binatang yang lain merupakan hal yang tidak diperbolehkan. Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر

“Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah dan shafar” (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hambal)

Dan tasyaum terhadap bulan Shafar termasuk thiyaroh yang hal ini dilarang, dan hal ini termasuk perbuatan jahiliyyah yang diingkari oleh agama Islam

Hanya Allah-lah yang memberi taufik. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, juga kepada pengikut dan para sahabatnya

Lajnah Daimah lil Buhuts Al-'Ilmiyah wal Ifta:
Ketua: `Abdul-`Aziz ibn `Abdullah ibn Baz
Wakil: `Abdul-Razzaq `Afify
Anggota: `Abdullah ibn Ghudayyan



Diterjemahkan dari:
http://www.alifta.com/Fatawa/FatawaChapters.aspx?View=Page&PageID=183&PageNo=1&BookID=12


******************************************************
Keterangan:

'Adwa: penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini ialah untuk menolak anggapan mereka ketika masih hidup di zaman jahiliyah, bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah. Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah, bukan keberadaan penjangkitan atau penularan, sebab dalam riwayat lain, setelah hadits ini, disebutkan :

وفروا من المجذوم كما تفروا من الأسد

“… dan menjauhlah dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa.” (HR. Bukhori).

Ini menunjukkan bahwa penjangkitan atau penularan penyakit dengan sendirinya tidak ada, tetapi semuanya atas kehendak dan takdir Ilahi, namun sebagai insan muslim di samping iman kepada takdir tersebut haruslah berusaha melakukan tindakan preventif sebelum terjadi penularan sebagaimana usahanya menjauh dari terkaman singa. Inilah hakekat iman kepada takdir Ilahi.

Thiyarah: merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.

Hamah: burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial dengan melihatnya, apabila ada burung hantu hinggap di atas rumah salah seorang diantara mereka, dia merasa bahwa burung ini membawa berita kematian tentang dirinya sendiri, atau salah satu anggota keluarganya. Dan maksud beliau adalah untuk menolak anggapan yang tidak benar ini. Bagi seorang muslim, anggapan seperti ini harus tidak ada, semua adalah dari Allah dan sudah ditentukan olehNya.

Shafar: bulan kedua dalam tahun hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharram. Orang-orang jahiliyah beranggapan bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak menguntungkan. Yang demikian dinyatakan tidak ada oleh Rasulullah. Dan termasuk dalam anggapan seperti ini : merasa bahwa hari rabu mendatangkan sial, dan lain lain. Hal ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Islam.

Diambil dari Dari catatan kaki Kitab Tauhid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar